Perayaan itu belum selesai. Mungkin yang kemarin itulah momen penutupannya. Sebenarnya, sedikit menghabiskan banyak uang sakuku, tapi entah mengapa hal itu terasa tidak berarti. Terlebih ketika aku membayangkan duduk disampingnya, bermain bersama, juga saat dia mengusiliku.
Nyanyian 'Happy Birthday' terucap dari mulutnya. Dihiasi dengan sebuah korek api menyala, yang kami anggap sebuah lilin di kue ulang tahun.
Seminggu sebelumnya, aku tak menyangka akan menerima sesuatu yang baik darinya. Entah saat itu apa yang dipikirkannya, sampai dia bersedia datang ke rumahku padahal aku sedang berada di luar. Alhasil, ketika aku sampai di rumah dan membuka handphone, ada sebuah pesan berkata :
"Aku taruh di vespa papamu, tadi aku ke rumah nggak ada orang"
You know what I feel? Hard to breathe. Just like a big things hold me and never let me go.
Kukebut diriku untuk mencari tahu maksud pesannya itu. Sampai aku menemukan sebuah bungkusan kecil bergambar batik. Dengan jantung yang terus berdetak kencang, kubuka bungkusan itu. Aku terkejut, aku bahagia, aku berkaca-kaca. Dia memberiku jersey MU ini.
Diiringi surat bertuliskan :
Waktu berjalan tiada henti,
Mengiringi rembulan dan mentari yang terbit nan tenggelam setiap hari ...
Mengiringi usiamu, yang terus bertambah dari hari ke hari ...
Dan hingga saat ini,
bersyukurlah untuk setiap hari yang diberikan Tuhan,
Semoga diberikan usia yang panjang dan penuh kebahagiaan...
Selamat Ulang Tahun KAWAN ...
Walaupun satu kata paling akhir itu sedikit membuatku kecewa, tapi aku tak peduli. Aku bahagia. Karena dia yang masih mengingatku. Karena dia yang masih memperdulikanku.
Dan semoga apa yang telah kuberikan padanya sehari kemarin, bisa membuatku lebih berarti baginya. Walaupun terakhir, tapi bukan berarti yang terkecil.
0 komentar:
Post a Comment