Tubuh tinggi, badan atletis, kulit eksotis, serta senyum kecil yang berkesan meremehkan, itulah dirimu. Kau selalu menjadi pusat perhatian. Tidak hanya karena pesona, tapi juga karena keunikanmu. Disaat semua anggota klub voli ini tertawa terbahak, kau bahkan tidak menggerakkan bibirmu sedikitpun. Pria bernomor punggung 9 yang misterius.
Komentar pedas, tatapan tajam, serta sikap tak acuhmu membuat semuanya semakin sulit untuk dimengerti. Dulu, aku mengakui ketakutan yang aku rasakan terhadapmu. Bahkan sekarang pun aku tetap tidak memiliki cukup keberanian untuk menatap matamu. Padahal, asal engkau tahu, kehadiranmu membangkitkan senyum dalam hati ini. Entah apa yang terkandung dalam sikap angkuhmu itu, tapi sejujurnya aku ingin mengetahuinya. Aku ingin memahaminya. Tapi sekali lagi rasa takut ini menutup jalanku.
Aku mungkin tak pernah tahu akan dirimu, tapi satu hal yang selalu aku ingat dalam diriku. Kau tidak pernah terpisahkan dari angka ini, 9. Never. Kostum apapun yang kau kenakan, selalu terukir tegas angka itu. Dan mungkin aku yang terlalu lemah dalam menahan rasa ini, hingga aku pun menggunakan angka itu dalam kostumku, 99. Sebenarnya tak ada alasan lain selain karena aku ingin kau melihatku. Aku ingin kau menyadari keberadaanku. Aku bahkan ingin kau katakan kalimat-kalimat indah untukku.
Namun semua kembali ke permasalahan sakral ini. Ketakutanku. Lebih ku perjelas apa arti ketakutanku ini sebenarnya. Aku tidak apa-apa jika ia memarahiku, aku pun juga tidak bermsalah jika ia membentakku. Karena sesungguhnya bukan itu yang aku takutkan dari pria nomor 9 ini. Lantas, apa yang aku takutkan? Aku takut akan dirinya, dan takut akan persepsi tentang diri ini. Aku takut hati ini menutup pintu keyakinanku akan dirimu. Kau berada sangat tinggi, sedangkan aku menetap di bawah kakimu. Ketakutanku adalah, ketika aku harus mengecewakanmu karena permainan burukku. Dan ketakutanku, juga disaat aku harus melihat sang nomor 9 bersama gadis cantik yang bersinar itu. Aku takut menyimpan iri terhadap gadis yang hanya menang dalam hal keberuntungan.
Mungkin memang benar. Kau pantas untuk sombong. Kau pantas untuk angkuh. Kau pantas menjadi sang Raja bernomor 9. Karena bagiku, kau mendekati sempurna. Karena bagiku, seburuk apapun tingkah lakumu, kau tetap yang utama disini <3.
Mungkin memang benar. Kau pantas untuk sombong. Kau pantas untuk angkuh. Kau pantas menjadi sang Raja bernomor 9. Karena bagiku, kau mendekati sempurna. Karena bagiku, seburuk apapun tingkah lakumu, kau tetap yang utama disini <3.
*nb : suatu kebahagiaan malam ini kau ucapkan kata-kata indah kepadaku setelah pertandingan itu. 'Makasih ya,'
0 komentar:
Post a Comment