Pura-pura itu menyebalkan. Dihati berkata A, tapi mulut berucap O.
Pura-pura itu menyakitkan. Di dalamnya perih, tapi tetap memasang topeng bahagia. Hingga nantinya topeng itu pecah, muncul gurat kesedihan disana-sini.
Aku biasa melakukan kepura-puraan seperti itu. Pura-pura senang padahal sedih, pura-pura sehat padahal sakit, pura-pura hidup padahal jiwanya sudah setengah mati.
Tapi satu yang tak bisa kulakukan. Pura-pura semuanya baik-baik saja. Itu sulit. Menumbuhkan pikiran positif, butuh pergulatan batin ekstra keras. Terlebih ketika pikiran baik muncul, orang lain malah menganggap itu sebagai 'kemunafikan'. Nah!
Apa lagi yang bisa membuat diri kembali terkulai dibanding itu?
Aku tahu hidup memang adil. Terdapat dua sisi, baik dan buruk. Manusia sepanjang hidup memutari dua sisi itu. Bahagia, sedih, bahagia lagi, sedih lagi, dan seterusnya. Tapi sayang, kadang aku merasa sisi 'buruk' hidupku memiliki kapasitas lebih luas dari sisi bahagia. Itu yang membuat segalanya terasa tak menarik.
Bersembunyi adalah satu cara menanganinya.
Terlebih, hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
Tuesday, February 11, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment