Kau keras, egois, dan arogan
Kau sendiri yang mengakui itu.
Kau romantis, manis, dan kucintai
Aku yang menyadari itu.
Kalau kau ingin tahu apa yang kulakukan sekarang, aku memikirkanmu. Dengan berat hati ku akui aku memikirkanmu. Secara logika memang aku salah, tapi dari sudut pandang perasaan? Aku tak mau membohongi.
Kau datang saat itu dengan sejuta harapan. Dengan untaian kata-kata indah tentang masa depan. Namun sebentar kemudian kau hilang. Pergi bersama keingkaran. Lama ku coba bertahan, menunggu dan mengharapkan kehadiranmu. Kurantai pikiran positif di kepalaku, dan menutup rapat-rapat gerbang masuknya. Agar pikiran buruk tak datang dan membuatku ragu. Tapi apa daya? Kekuatanku, tak mampu menghalangi kuasaNya.
Kau benar-benar pergi. Ini bukan kecemasan, tapi ini kenyataan. Kau tinggalkan aku tanpa kata, tanpa perpisahan, dan tanpa kalimat-kalimat indah.
Kau sendiri yang mengakui itu.
Kau romantis, manis, dan kucintai
Aku yang menyadari itu.
Kalau kau ingin tahu apa yang kulakukan sekarang, aku memikirkanmu. Dengan berat hati ku akui aku memikirkanmu. Secara logika memang aku salah, tapi dari sudut pandang perasaan? Aku tak mau membohongi.
Kau datang saat itu dengan sejuta harapan. Dengan untaian kata-kata indah tentang masa depan. Namun sebentar kemudian kau hilang. Pergi bersama keingkaran. Lama ku coba bertahan, menunggu dan mengharapkan kehadiranmu. Kurantai pikiran positif di kepalaku, dan menutup rapat-rapat gerbang masuknya. Agar pikiran buruk tak datang dan membuatku ragu. Tapi apa daya? Kekuatanku, tak mampu menghalangi kuasaNya.
Kau benar-benar pergi. Ini bukan kecemasan, tapi ini kenyataan. Kau tinggalkan aku tanpa kata, tanpa perpisahan, dan tanpa kalimat-kalimat indah.
Agustus 2013. Satu bulan yang ingin kuhapus dari hidupku. Satu bulan hebat yang menjadi latar waktu kisah memilukanku. Penipuan, pengkhianatan, penghancuran.
Mereka, atau bahkan kau, boleh berpikir aku berlebihan. Boleh merasa aku menjijikan. Terserah. Kau boleh menganggapku menyedihkan karena tertekan mengharapmu. Kau boleh membuangku sejauh manapun kau mau. Tapi aku? Akan tetap disini. Masih berusaha merelakanmu, tanpa benci, tanpa dendam, tanpa sumpah sarapah. InsyaAllah, dengan ikhlas.
Melalui ini, aku, mengutarakan apa yang kurasakan. Aku, mengutarakan sebuah pelajaran. Bahwa hidup tak sepenuhnya berpihak pada kita. Aku, bukan satu-satunya yang mengharapkan kebahagiaan. Aku, bukan satu-satunya pemeran utama. Tidak semua hal harus tentang aku. Karena selain aku, Tuhan juga menjaga yang lainnya.
0 komentar:
Post a Comment